Johnny Widjaja, “Krisis Juga Datangkan Peluang dan Lahirkan Ketangguhan”

Dec 04, 2020


Johnny Widjaja dikenal sebagai pengusaha bisnis trading dan distribusi yang bermitra dengan sejumlah perusahaan multinasional sejak era Pemerintahan Soekarno. Lewat PT Tigaraksa yang didirikan pada tahun 1959, Johnny bersama saudaranya, Robert B. Widjaja, mengembangkan perusahaan milik orang tuanya yang semula perkebunan karet. Kini kepemimpinannya diteruskan sang anak, Shinta Widjaja Kamdani, yang mengelola holding company, Grup Sintesa.

Kini, di usianya yang menginjak 86 tahun, Johnny masih sehat dan bugar dengan tetap menjalani gaya hidup sehat dan rajin berolahraga. Berikut ini petikan pemikiran dan nasihat untuk kalangan pebisnis terkait situasi krisis saat ini:

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari krisis ekonomi tahun 1998. Nyali kita sebagai pemilik usaha diuji untuk bisa mengambil keputusan berani agar krisis justru tidak menyeret usaha kita ke kondisi yang lebih buruk. Saat itu nilai tukar rupiah yang merosot bahkan hingga 80%, padahal banyak perusahaan yang memiliki pinjaman dalam mata uang dolar AS. Situasi saat itu sulit bagi banyak pengusaha.

Prinsip saya, saat krisis kita harus memiliki cash money dan menyelesaikan semua pinjaman usaha yang kita miliki. Hal ini untuk memastikan kita punya cadangan uang cukup bagi operasional. Itu yang saya lakukan pada krisis 1998. Waktu itu saya mengambil keputusan melepas sebagian kepemilikan saham di satu perusahaan, sehingga saya bisa menjalankan operasional di tengah krisis dengan lebih ringan.

Buat saya, with crisis, comes opportunity. Krisis tidak selamanya buruk, justru memberi motivasi untuk memetakan pengembangan usaha yang menjadi peluang sesudah krisis terlewati.

Bahkan, krisis 1998 menjadi titik balik bagi kami untuk memodernisasi usaha. Setahun sesudah krisis 1998, anak saya tertua, Shinta Widjaja Kamdani, datang kepada saya dengan usulan mengintegrasikan semua perusahaan kami yang terpencar-pencar menjadi satu payung besar, Grup Sintesa. Itu juga merupakan keputusan tepat yang lahir sesudah krisis, karena Sintesa kemudian berkembang menjadi holding company, mengelola portofolio bisnis melalui empat pilar usaha: consumer product, industrial product, properti, dan energi. Di bawah payung Sintesa, ada 17 perusahaan.

Krisis tahun 1998 adalah krisis moneter yang bisa diprediksi kapan akan berakhir. Krisis karena virus corona ini berbeda. Hingga kini belum ada vaksin yang ditemukan, dan belum ada prediksi pasti kapan berakhir. Krisis ini melumpuhkan kehidupan sosial, ekonomi, dan bisnis.

Karena itu, kalangan bisnis harus sangat berhati-hati mengambil keputusan bisnis. Lakukan penjadwalan utang usaha. Itu yang paling utama. Jangan habiskan semua cash money untuk membayar utang usaha, karena krisis kali ini berbeda dengan tahun 1998. Selain itu, berhati-hati pula dalam melakukan investasi bisnis baru. Tidak bijak jika kita mengambil risiko tambahan dengan melakukan investasi baru cepat-cepat. Tunda proyek jangka panjang, lebih baik fokus pada proyek kecil jangka pendek meski bernilai tidak besar untuk memastikan cash flow perusahaan terjaga.

Menurut saya, krisis harus melahirkan ketangguhan. Krisis bisa mendorong inovasi dan pengembangan peradaban masyarakat. Saat ini kalangan bisnis harus cermat memprediksi bagaimana krisis kesehatan dan ekonomi bisa memengaruhi masyarakat dan kehidupan di masa depan. Temukan peluang di tengah perubahan.

Kelola modal dengan bijak, terutama bagi mereka yang baru memulai usaha. Perlu ketersediaan cash money yang dipakai untuk modal, lalu mengubah cara jual dan pemasaran untuk mendapat pelanggan baru.

Saat krisis ini mental kita diuji untuk melewati badai. Satu yang menjadi pelajaran saya sejak krisis 1998 juga saat krisis berikutnya di tahun 2008, ketika berada di titik terendah kita justru harus berani terus melangkah, bukan berdiam diri. Harus berpikir kreatif dan inovatif.

Lakukan diversifikasi usaha. Lihat perubahan kebutuhan apa yang terjadi di masyarakat karena perubahan. Tangkap gesit peluang yang ada.

Pandemi ini betul-betul seperti kejutan untuk kita semua. Hanya mereka yang mampu beradaptasi yang akan bertahan. Saat ini bisa jadi sektor usaha kita menjadi pemenang, tetapi dengan adanya perubahan dinamis, kita harus jitu membaca sektor usaha apa lagi yang nantinya akan bertahan, tergerus atau menjadi pemenang baru.

Tentu saja, kita perlu me-reinventing visi-misi. Dunia saja terus berubah. Jadi, kita sebagai pelaku bisnis harus punya visi akan masa depan. Sehingga jika kita ingin lentur beradaptasi dengan dinamika dunia dan masyarakat, perusahaan perlu mengubah visi dan misi untuk membentuk masa depan yang kita inginkan.

Selama saya menjalankan usaha sejak mendirikan Tigaraksa tahun 1959 dan melakukan konsolidasi ke dalam payung Grup Sintesa di tahun 1999, usaha terus berkembang sejak anak saya menjalankan dan melakukan ekspansi usaha melalui Sintesa. Satu hal penting yang selalu saya tekankan pada dirinya, bahwa sebelum mengambil keputusan bisnis, apa pun itu, dia harus tahu masa depan perusahaan seperti apa yang diinginkan.

Jika kita berbicara soal nilai-nilai dan apa yang harus dilakukan saat ini untuk melangkah ke depan, sudah seharusnya kita semua hidup dan beraktivitas dengan peduli pada alam yang sudah menghadiahi kita berkah luar biasa. Kita tidak bisa hanya mengejar keuntungan semata, tetapi bagaimana menjadi bagian yang ikut menjaga alam, bukan justru merusaknya.

Krisis bisa menjadi titik balik kita semua membentuk masa depan dengan menyiapkan diri untuk menghadapi hal yang tidak terduga. Saya berkaca pada pengalaman dan perjalanan membangun bisnis, setiap masa akan berubah dan memiliki tantangan perubahan masing-masing. Bagaimana masa depan kita akan ditentukan langkah kecil kita saat ini.

Jika pandemi Covid-19 berakhir pun, rasanya akan mengubah kehidupan manusia. Apa yang dulu normal adalah hal yang akan usang. Karena itu, baik sebagai pemimpin, eksekutif, maupun karyawan, kita harus mampu berpikir kreatif, tangguh, serta menjadikan masalah dan tantangan sebagai daya dorong untuk maju. Selalu lakukan hal yang kita cintai sehingga kita melakukannya dengan sepenuh hati. Dan terakhir, selalu jadikan diri kita sebagai seseorang yang visioner, berpandangan jauh ke depan.