Presidensi G20 Indonesia 2022: Shinta Kamdani Jadi Ketua B20

Dec 21, 2021


Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia resmi mengemban Presidensi Group of Twenty (G20).

Ini menjadi kali pertama negara berkembang dari kawasan Asia terpilih untuk memegang presidensi forum yang telah berkontribusi membentuk perekonomian dunia selama 23 tahun.

Presidensi G20 yang akan diadakan di Indonesia tahun 2022 mendatang juga menjadi kesempatan penting bagi Indonesia untuk mengetuai forum Business-20 atau B20, yang merupakan outreach group G20 yang mewakili sektor bisnis di seluruh dunia.

Tanggung jawab perdana bagi Indonesia mengetuai forum tersebut dipercayakan kepada Shinta Widjaja Kamdani, CEO dari perusahaan investment holding nasional Sintesa Group. Oktober lalu, Shinta resmi ditunjuk sebagai B20 Indonesia Chair atau Ketua B20 Indonesia, menggantikan Emma Marcegaglia yang menjabat sebagai Chair pada presidensi B20 Italia 2021.

Foto: Perjalanan CEO Sintesa Group Membangun Perusahaan (CNBC Indonesia TV)

 

Menjadi orang pertama serta perempuan dari latar belakang negara ekonomi berkembang di Asia untuk menduduki posisi tersebut tentu merupakan tanggung jawab besar.

Di saat yang bersamaan, ini juga menjadi kesempatan untuk menyuarakan prinsip inklusivitas dan kesetaraan dalam membentuk arah pemulihan ekonomi global. Bertepatan dengan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, Shinta yang juga menjabat sebagai Koordinator Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia berbagi mengenai bagaimana ia menyalurkan kepedulian serta upayanya untuk memajukan pemberdayaan perempuan di tanah air melalui B20 Indonesia.

Memberdayakan Perempuan, Memberdayakan Ekonomi

Rendahnya keterwakilan perempuan dalam ekonomi global dan kepemimpinan bisnis merupakan permasalahan yang rumit. "Ini dimulai dari tidak meratanya pendidikan yang berkualitas bagi anak perempuan, ketidakseimbangan kesempatan dalam lapangan kerja, sampai kurangnya akses perempuan terhadap benefit dari ekonomi formal," papar Shinta.

"Dari kacamata pelaku usaha, kami menyadari banyak perusahaan saat ini belum mengambil tindakan untuk mengatasi kesenjangan antar gender. Padahal, bayangkan betapa besar potensi pertumbuhan ekonomi yang bisa kita capai kalau lebih banyak perempuan dapat berpartisipasi dalam ekonomi," ujar Shinta.

Sebagai catatan, lanjutnya, World Economic Forum (WEF) memperkirakan bawa pemberdayaan perempuan dalam ekonomi global dapat menghasilkan pertambahan $28 triliun dalam pertumbuhan GDP dunia.

Ia melanjutkan, inklusivitas sendiri tengah menjadi isu yang mendapat perhatian secara global. G20 serta seluruh kelompok di dalamnya pun turut mendorong pengembangan ini, termasuk melalui pemberdayaan perempuan untuk memaksimalkan potensi ekonomi global.

Sebelumnya, kepresidenan G20 Australia telah memulai komitmen "25x25" yakni mengurangi kesenjangan gender di pasar tenaga kerja partisipasi sebesar 25% pada tahun 2025. Tongkat estafet ini dilanjutkan oleh G20 dan B20 Italia beserta seluruh gugus tugasnya tahun lalu, yang menargetkan penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, lebih baik, dan bergaji setara bagi perempuan.

Tahun ini, B20 Indonesia akan menelusuri beberapa bidang kebijakan khusus yang disorot dalam rekomendasi B20 sebelumnya, sambil terus mendorong sharing pengetahuan dan investasi ke dalam bisnis yang dipimpin perempuan antara negara-negara yang tergabung dalam G20. Ini tentunya dilakukan dengan memperhatikan memperhatikan ragam ekonomi dan populasi di masing-masing negara.

Demi menjalankan misi ini, Presidensi B20 Indonesia membentuk Women in Business Action Council di samping enam gugus tugas lainnya (Trade and Investment, Future of Work and Education, Finance & Infrastructure, Energy, Climate and Sustainability, Integrity and Compliance). Tak lain, demi tujuan B20 untuk menjadi katalisator meminimalisasi kesenjangan gender, dengan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang memfasilitasi lebih banyak perempuan untuk memimpin dan berpartisipasi dalam sektor ekonomi.

"Prioritas strategis kami, yaitu mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang kolaboratif, inovatif dan inklusif, akan dilakukan melalui penguatan ketahanan women-led businesses dan mempercepat dukungan infrastruktur bagi pengusaha perempuan dan UMKM," ujar Shinta.

"Upaya ini dilakukan juga melalui peningkatan kemampuan digital tenaga kerja perempuan, memperkuat dasar untuk kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja yang adil, hingga memberantas kekerasan berbasis gender di tempat kerja."

Sebagai hasil akhir, B20 Indonesia menargetkan untuk menciptakan One Global Women Empowerment, yang mewadahi pemerintah, bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya memfasilitasi dukungan demi mengangkat perempuan keluar dari kemiskinan.

(dru)