Shinta Widjaja, Perempuan Memimpin B20 Presidensi Indonesia

Feb 11, 2022


Jakarta, IDN Times – Shinta Widjaja Kamdani tidak hanya menyandang jabatan chief executive officer (CEO) dan memimpin sebuah grup usaha besar, Sintesa Group.

Perempuan berusia 54 tahun itu juga malang melintang di sejumlah organisasi dan menjadi pengurus puncaknya. Mulai dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sebagai wakil ketua umum, Presiden Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan, Pendiri Angel Investment Network Indonesia (ANGIN), Ketua Koalisi Bisnis Indonesia tentang Pemberdayaan Perempuan (IBCWE), anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) Indonesia, dan tentu saja saat ini Koordinator Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) bidang maritim, investasi dan luar negeri.

Sebelum menjadi salah satu dari empat koordinator WKU di kepengurusan Arsjad Rasjid, Shinta lama duduk sebagai wakil ketua bidang luar negeri. Dia aktif mempromosikan hubungan bilateral untuk perdagangan dan investasi. Shinta juga selalu aktif terlibat dalam pertemuan bisnis saat kepala negara Indonesia berkunjung ke sejumlah negara mitra.

Pada tahun 2017 Shinta, ibu empat anak, menerima penghargaan dari pemerintah Belgia dalam bentuk Commander of the Order of Leopold. Penghargaan ini diberikan kepada Shinta atas dedikasinya yang tinggi dalam meningkatkan akses perdagangan dan ekonomi antara Belgia dan Indonesia.

“Menjadi suatu kehormatan bagi saya menerima penghargaan tertinggi dari pemerintah Belgia ini. Saya bangga, karena tahun ini sudah berhasil mendapatkan dua penghargaan dari dua negara di Eropa, dalam kapasitas saya sebagai Wakil Ketua Umum Kadin bidang Hubungan Internasional,” ujar Shinta, sebagaimana disiarkan sejumlah media massa.

Hari-hari ini, Shinta makin sibuk, berkaitan dengan tugas penting yang disandangnya setelah Indonesia resmi menjabat sebagai keketuaan forum G20 yang akan berlangsung selama tahun 2022, sampai pertemuan puncak kepala pemerintahan pada G20. Salah satu pilar penting G20 yaitu The Business, atau B20.

Ketua umum Kadin Arsjad Rasjid, yang juga menjadi penanggung jawab presidensi B20 Indonesia mengatakan, “Sebagai forum komunikasi dan konsultasi pelaku bisnis Indonesia dengan masyarakat nasional dan masyarakat internasional, Kadin mendorong dunia usaha menggunakan forum B20 untuk saling berbagi informasi dan teknologi mengembangkan solusi yang produktif dan inovatif serta meningkatkan kerjasama baik di tingkat sektoral maupun lintas sektoral, di tingkat regional maupun internasional.”

Shinta didapuk menjadi ketua penyelenggara B20, yang berarti mengepalai semua pebisnis B20 di negara anggota G20. “Saya merasa terhormat dan bangga, karena di presidensi G20 Indonesia, perempuan yang dipilih memimpin kegiatan B20, pilar penting G20,” ungkap Shinta, dalam pertemuan soal Women in Business Action Council (WiBAC), di Jakarta 26 Februari 2021. WiBAC adalah bagian dari gugus tugas di bawah B20.

Kali ini, tak kurang dari 37 persen dari peserta B20 yang mencapai 2.000 orang top eksekutif dari korporasi dan organisasi di bawah G20, adalah perempuan. “Mudah-mudahan ini menunjukkan bahwa jika makin banyak perempuan terlibat kita akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” ujar Shinta.

Menurut Shinta, manfaat pertama forum B20 dapat merekomendasikan perubahan yang diperlukan serta melaksanakan transformasi yang dipimpin sektor swasta agar ekonomi lebih tangguh, inklusif dan kolaboratif. Ini penting bagi pertumbuhan global. “Dalam ketiga isu ini peran perempuan penting. Juga dalam lima isu prioritas WiBAC. Kami ingin tidak hanya sampai ke rekomendasi kebijakan, juga ada aksi konkret,” kata Shinta.

Shinta Widjaja, Perempuan Memimpin B20 Presidensi IndonesiaShinta Widjaja Kamdani (dok. IDN Times/Istimewa)

Rekomendasi kebijakan akan menjadi semacam warisan atau legacy B20 di G20 Presidensi Indonesia. “Misalnya blended finance, kita mungkin akan launch yang namanya Women Fund, juga yang berhubungan dengan teknologi,” ujar putri sulung pengusaha terkemuka Johnny Widjaja dan Martina Widjaja itu.

Yang tidak kalah penting, buat Indonesia momen setahun G20 ini digunakan untuk show casing, menunjukkan potensi Indonesia untuk menarik investasi promosi lebih banyak barang bikinan Indonesia. “Kesempatan Indonesia tampil menonjol di mata dunia, bagaimana mereka melihat peluang dari G20 presidensi ini. Dalam satu tahun ini ada enam gugus tugas (taskforce) dan sherpa yang mendukung B20, dan ada acara pendukung yang melibatkan peserta seluruh dunia, melibat daerah-daerah, tidak hanya Jakarta sentris, lalu ada pertemuan puncak B20 (summit) di Bali di bulan November 2022. Semua melibatkan pemangku kepentingan global, nasional dan daerah. Inklusif,” papar Shinta.

Terlibat bisnis sejak usia muda

“Sebagai ketua B20, Bu Shinta sangat dekat dengan isu perempuan, sangat passionate, jadi ketika saya diminta menjdai bagian dari kegiatan ini, keberadaan Bu Shinta sangat bermanfaat karena isunya dekar dengan hati Bu Shinta,” kata Ira Noviarti, petinggi di PT Unilever Indonesia.

Meskipun berasal dari keluarga pengusaha, jalan menuju puncak karir memimpin 18 perusahaan tidak mudah bagi Shinta.

“Saya sudah diekspos ke dunia kerja dari usia sangat muda. Jadi, kalau namanya bisnis keluarga biasanya dari masa kecil sudah kerja, saat liburan disuruh bantuin di kantor. Jadi ini memang sudah ini jalan hidup saya,” kata Shinta.

Shinta mengenang masa kecilnya, ketika pembicaraan bisnis menjadi satu topik yang sering muncul saat makan malam. “Orang tua saya bicara apa yang terjadi hari itu, di dunia bisnis, terjadi di dunia, dan perusahaan. Saya mengikutinya. Lalu sering diajak ke kantor saat liburan. Ketemu orang di pabrik, orang di kantor. Saat itu sudah ada ide di kepala saya bahwa inilah mungkin masa depan saya,” tutur Shinta. Ketika liburan, teman-temannya pergi berwisata, Shinta diajak bekerja oleh orang tuanya.

Usia 13 tahun, Shinta belajar bisnis dengan menjual buku-buku pendidikan untuk anak.
Shinta Widjaja lahir di Jakarta tahun 1967, dia baru merayakan ulang tahun ke-55. Shinta dikaruniai empat anak dari pernikahan dengan pengusaha Irwan Kamdani.

Dia mengenyam pendidikan di Barnard College of Columbia University New York pada tahun 1989 dan Harvard Business School Executive Education, Boston, Massachusetts, AS pada tahun 2002. Saat menempuh pendidikan di AS, Shinta sempat magang di Revlon dan Price Waterhouse. Tak heran, begitu lulus kuliah, Shinta bergabung dengan bisnis keluarga dengan menjadi bagian promosi dan pemasaran di PT Tigaraksa Satria yang dimiliki orang tuanya. Saat menapak jenjang lebih tinggi, Shinta mengkonsolidasikan perusahaan menjadi empat pilar yaitu bidang manufaktur, energi, industri dan produk konsumen. Shinta resmi menjabat CEO Sintesa Group pada tahun 2014.

“Saya gak mau hanya jadi karyawan. Saya datang dengan business plan, dan mentransformasi bisnis ini,” kata Shinta, menceritakan komunikasi dengan orang tuanya saat awal bergabung dengan bisnis keluarga.

Sintesa Group sudah berusia 100 tahun. Didirikan oleh kakek Shinta pada 1919 dengan usaha perkebunan karet. Ayah Shinta, Johnny Widjaja pada 1959 membawa ke bisnis perdagangan. Konsolidasi usaha dilakukan Shinta pada 1999.

“Awal konsolidasi kami memiliki banyak sekali usaha dan ada di mana-mana, susah mengontrol semua, karena masing-masing bisnis independen beroperasi sendiri, tidak ada keterkaitan satu dengan yang lain. Saat saya konsolidasikan dengan Sintesa, saya mulai dengan investment holding company, di situ saya mulai mendata dan mengecek operating bisnis yang kita ada dan kita bagi jadi empat itu,” ujar Shinta.

Shinta Widjaja, Perempuan Memimpin B20 Presidensi IndonesiaChair B20 Indonesia yang juga CEO Sinstesa Group Shinta Widjaja Kamdani dan Presdir PT Unilever Indonesia Ira Noviarti (Istimewa)

Perempuan perlu saling dukung

Jalan untuk perempuan sangat panjang. Meskipun makin banyak perempuan memimpin atau ada di posisi pengambil keputusan di berbagai sektor, kesadaran kesetaraan gender masih jadi pekerjaaan rumah yang berat. Stigma terhadap perempuan masih melekat kuat dan sering menjadi alasan menolak kepemimpinan perempuan.

“Kalau saya melihat stigma, itu akan selalu ada, di mana-mana akan ada stigma bahwa perempuan akan lebih emosional dan lain-lain. Tapi saya melihat banyak perbedaan perempuan dan laki-laki dalam hal karakteristik itu tidak hanya menjadi liability tapi bisa menjadi aset. Perempuan yang sering dikatakan emosional itu bisa menjadi aset, tergantung bagaimana kita berperan,” kata Shinta.

Shinta bercerita, selama perjalanan karirnya, sampai posisi puncak, dalam bisnis yang dikelolanya, banyak berinteraksi dengan banyak laki-laki. “Waktu saya ambil alih kepemimpinan bisnis, banyak laki-laki yang bahkan lebih senior ketimbang saya di perusahaan. Di sinilah tantangan kepemimpinan perempuan,” kata Shinta.

Di Indonesia data menunjukkan yang masuk ke lapangan pekerjaan banyak perempuan. Tetapi saat menapak jenjang kepemimpinan, jumlah kepemimpinan perempuan di puncak jadi masalah. “Kalau gak salah angkanya less than 5 percent, kalau naik ke mid level 20 persen, ini yang mungkin harus menjadi isu, kita perlu saling membantu juga untuk debunking stigma-stigma ini,” kata Shinta.

Pada akhirnya bicara soal perempuan di semua sektor, memang saling dukung, bukannya saling jegal. Termasuk di sektor bisnis yang sarat dengan kompetisi. Ini yang kita harapkan juga dari kepemimpinan Shinta di B20. “Kekuasaan” yang ada di tangan B20 sangat besar karena melibatkan top pengamnbilan keputusan di ratusan perusahaan di negara anggota B20. Tindakan konkret, misalnya. Mampukah B20 mendorong dan memastikan (dengan pemantauan ketat), bahwa di semua kantor perusahaan yang dimiliki dan dipimpin WiBAC dan B20 menyediakan fasilitas buat perempuan, misalnya tempat penitipan anak dan tempat menyusui (laktasi) yang layak? Sehingga perempuan memiliki ekosistem yang mendukung di dunia kerja? Bagaimana dengan di tempat publik? Mal hingga pasar tradisional? Dan tindakan konkret lain.

Mengutip ucapan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam acara Hari Perempuan Internasional 2021 yang digelar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) dan IDN Times, “Investing in woman, investing for a brighter future”.

Kita tunggu.